Ibu Bangsa yang Tak Mau Dimadu

Seorang ibu, selain berperan penting membesarkan dan merawat penuh kasih sayang anak-anaknya, juga pasangan sepadan imam rumah tangga. Dan Bapak Bangsa, Soekarno memperolehnya dari Ibu Inggit. Dialah kekasih, ibu, dan juga teman yang mengantar Bung Karno ke gerbang kemerdekaan Bangsa ini.

Dikutip dari buku Kuantar ke Gerbang,  Ramadhan K.H. sosok Ibu Inggit digambarkan sebagai teladan bagi perempuan, bagi ibu di negeri ini. Berikut sekelumit kisahnya.

 
Soekarno muda datang dari Surabaya setelah lulus Hoogere Burger School di akhir Juni 1921. Ia mempunyai mimpi besar untuk menjadi insinyur di bidang teknik sipil, Technische Hoogeschool te Bandoeng kemudian dipilih sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya.

Tjokroaminoto sekaligus mertuanya membantu mencarikan tempat tinggal di Bandung, dan rumah Haji Sanusi kemudian menjadi tempat tinggalnya saat itu. Haji Sanusi adalah salah satu anggota Sarekat Islam, sedangkan Inggit Garnasih adalah istri dari Haji Sanusi yang waktu itu menjadi ibu kos Soekarno.

Soekarno memang sudah mengagumi Inggit sejak pandangan pertama. Dia tidak pernah lupa saat Inggit menyambutnya di pintu rumah Jl. Ciateul, Bandung.

"Keberuntungan yang utama itu sedang berdiri di pintu masuk dalam suasana setengah gelap dibingkai lingkaran cahaya dari belakang. Dia memiliki tubuh yang kecil, dengan sekuntum bunga merah menyolok di sanggulnya dan sebuah senyuman yang mempesona. Dia adalah istri Haji Sanusi, Inggit Garnasih. Oh, luar biasa perempuan ini," kata Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.

Gayung bersambut, rupanya Inggit pun terkesan dengan pertemuan pertama.
"Dia mengenakan peci beledu hitam kebanggaannya dan pakaian putih-putih. Cukupan tinggi badannya. Ganteng. Anak muda yang bersolek, perlente." kata Inggit dalam novel biografi Kuantar ke Gerbang yang ditulis Ramadhan KH.

Lalu singkat cerita,  Soekarno dan Inggit menjadi sahabat. Soekarno kerap menceritakan kehidupan pernikahannya bersama Oetari yang hambar kepada Inggit. Menurut Soekarno, sikap Oetari yang kekanak-kanakan tidak sesuai dengan visi dan mimpi besarnya. Masih kekanakan?, iyalah wong si Oetari saat itu masih berusia 16 tahun, menurutku sih wajar aja.

Dari Inggit, Soekarno juga tahu kalau pernikahan Inggit dan Haji Sanusi juga tidak berjalan harmonis. Kerap Haji sanusi meninggalkan Inggit untuk bermain bilyar dengan teman-temannya sampai larut malam. Dan dalam masa-masa itu, cinta mereka tumbuh subur.

"Hanya Inggit dan aku dalam rumah yang sepi. Dia kesepian, aku kesepian. Perkawinannya tidak betul. Dan perkawinanku tidak betul. Dan, sebagai dapat diduga. Hubungan ini berkembang," kata Soekarno dalam buku biografinya.

Soekarno pun mengutarakan maksudnya untuk menikahi Inggit kepada haji Sanusi. Ia meminta Haji Sanusi untuk segera menceraikan Inggit. Entah apa yang dirasakan Haji Sanusi saat mendengar keinginan Soekarno, tapi tidak lama setelah itu Haji Sanusi dan Inggit pun akhirnya resmi bercerai.

Tahun 1923 Inggit dan Soekarno resmi menikah, dan kini kita mengenal Soekarno sebagai orang besar, penyambung lidah rakyat, singa podium yang menyuarakan rakyat, dan bermacam-macam julukan kebanggan untuknya.

 
Keberhasilan Soekarno tidak terlepas dari jasa-jasa Inggit Garnasih, seseorang dibalik layar yang mendukung pergerakan Soekarno  secara non materi dan materi. Ia menyediakan rumahnya untuk Soekarno dan teman-temannya berkumpul, serta membiayai kegiatan politik Soekarno pada saat itu.

Ketika Soekarno menjalani hukuman penjara di Banceuy, dia menjadi tulang punggung keluarga dengan cara meracik jamu, bedak, menjahit kutang, menjadi agen sabun dan cangkul, serta membuat rokok berlabel 'Ratna Djuami' sambil tetap rutin mengunjungi Kusno (panggilan sayang untuk Soekarno) di penjara Banceuy sambil membawakan buku-buku. Dari dalam penjara itulah Soekarno kemudian lahir bersama pledoinya yang dikenal dengan nama Indonesia Menggugat.

Inggit mampu melakoni tiga peran, sebagai ibu, sahabat, dan kekasih Kusno. Ketika Soekarno harus diasingkan ke Pulau Endeh Flores dan Bengkulu. Inggit ada di sana. Menemani Kusno yang ia sayangi.

 Mungkin tanpa Inggit Garnasih, Soekarno sudah selesai di penjara dalam keadaan putus asa dan pemikiran-pemikiran besarnya tidak pernah kita dengar.

 
Fatmawati untuk keturunan
Tahun 1942, Saat itu usia Inggit 53 tahun, ia memutuskan jalannya sendiri. Dengan tegas ia menolak untuk dimadu saat Soekarno mengutarakan niatnya untuk mempersunting Fatimah, atau lebih dikenal Fatmawati. Fatmawati sudah Inggit anggap sebagai anak sendiri ketika mereka berada di pengasingan Bengkulu. Alasan Soekarno logis, ia menginginkan keturunan, sedangkan Inggit sudah tidak bisa memberikan keturunan padanya.Ia kemudian meminta diceraikan dan dipulangkan ke Bandung.

1 juni 1943 Soekarno menikahi Fatmawati. Dan saat Indonesia merdeka, Fatmawati adalah wanita ibu negara pertama yang banyak kita kenal dan tercatat di buku-buku sejarah.

Kabarnya, Inggit Garnasih setelah diceraikan masih menyimpang rasa sayang kepada Kusno. Hingga Soekarno tutup usia, ia masih datang melayat dan memberikan penghormatan terakhir kepada mantan suaminya itu.
"… Sesungguhnya aku harus senang karena dengan menempuh jalan yang tidak bertabur bunga, aku telah mengantarkan seseorang sampai di gerbang yang amat berharga. Ya, gerbang hari esok yang pasti akan lebih berarti, yang jauh lebih banyak diceritakan orang secara ramai." 
[Inggit Ganarsih, Kuantar ke Gerbang -  Ramadhan K.H.]

 
Inggit sendiri menghabiskan masa tuanya di Bandung hingga tutup usia pada 13 April 1984 di usia 96 tahun.

Penulis : Unknown ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Ibu Bangsa yang Tak Mau Dimadu ini dipublish oleh Unknown pada hari Minggu, 29 Desember 2013. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Ibu Bangsa yang Tak Mau Dimadu
 

0 pendapat:

Posting Komentar